Rabu, 21 Mei 2008

dalang peristiwa G30S/PKI

.: Kolektif Info Coup d'etat 65 :. -
Siapa Dalang Peristiwa G30S? menurut Tjipta Lesmana
Category : Artikel Terkait
Published by MiRa on 05/Oct/2006
Siapa Dalang Peristiwa G30S/PKI?
Oleh Tjipta Lesmana
Suara Pembaruan, 2 Oktober 2006
artono Kartodirdjo, satu dari segelintir sejarawan Indonesia yang disegani karena integritas
keilmuwannya, menulis (Sejak Indische sampai Indonesia, 2005:93) bahwa subjektivitas dalam
penulisan sejarah memang sulit dihindari oleh siapa pun.
Ia bertanya, "Apakah sejarah dibuat atau dibuat-buat? Pada siapakah ada otoritas untuk membuat
pernyataan-pernyataan sejarah? Apakah bidang sejarah itu terbuka atau tertutup?" Sartono sendiri
tidak memberikan jawaban tuntas terhadap
pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukannya itu.
Soalnya, ia mengakui bahwa manusia sebagai homo sapiens dalam menghayati hidupnya
senantiasa sadar akan yang dialami. Tetapi, di samping itu, dia juga sadar akan proses
pengamatannya. Kesadaran yang kedua ini bersifat ateis dan
abstrak atau lebih umum. Dengan demikian, perhatian kita tidak terbatas atau terfokus kepada objek
pengamatan, tetapi juga tertuju kepada persepsi kita terhadap objek (hal 122).
Dan yang namanya persepsi selalu bersifat subjektif! Sejarah mengenai Gerakan 30 September
(1965) di Indonesia, misalnya, menurut Peter Gribben dalam tulisannya di jurnal CounterSpy terbitan
Amerika edisi 1980, mungkin, takkan pernah terungkap. Soalnya, terlalu banyak pihak yang bermain
di dalamnya. Soalnya lagi seperti dikatakan oleh Sartono, penulisan sejarah sukar terbebas dari
persepsi
si penulisnya.
Jika mau diusut secara seksama dan kritis, pihak-pihak yang ikut berperan dalam tragedi G30S/PKI
tidak terhingga jumlahnya. Namun, 4 (empat) pemeran penting bisa diidentifikasi, yaitu Partai
Komunis Indonesia (PKI), Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Kostrad, Presiden Soekarno,
dan CIA.
Siapa yang lebih besar perannya, ini pun sebenarnya sulit dijawab, kalau kita mau jujur dan
menganalisisnya dengan kepala dingin. Makin lama suatu peristiwa berlalu, pengungkapannya
bertambah sukar lagi, karena sebagian besar pelakunya sudah mati dan banyak dokumen penting
yang musnah atau dimusnahkan.
Dari sisi Soeharto dan pemerintah yang didirikannya-Orde Baru, G30S jelas-jelas buatan PKI. PKI
merebut kekuasaan sah dengan memanfaatkan sejumlah "perwira muda progresif" yang selama
http://www.progind.net Thursday, 22/May/2008 6:34 / Page 1
bertahun-tahun berhasil mereka bina. Brigjen Soepardjo, Letnan Kolonel Untung, Kolonel Latief,
Letnan Kolonel (U) Heru, dll, adalah pelaku-pelaku kudeta yang dimaksud.
Tujuan jangka panjang untuk meng-komunis-kan Indonesia. Kesaksian-kesaksian yang terungkap
dalam sidang-sidang Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) merupakan rangkaian fakta yang
sangat meyakinkan, begitu tulis Buku Putih tentang G 30 S/PKI yang diterbitkan Kopkamtib
(Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban).
Saling Tuding Selama 30 tahun sejak 1965, PKI tidak dapat mengeluarkan suaranya karena
dibungkam dan para gembongnya dihabisi. Setelah rezim Soeharto tumbang, satu per satu orang
PKI membuka mulut, bahkan menulis buku.
Mereka menuding G 30 S merupakan ciptaan militer dengan dalang Soeharto, dibantu penuh oleh
Amerika (baca: CIA). Mereka pun membeberkan sejumlah "fakta", antara lain Untung dan Latief-dua
pelaku utama G30S-sesungguhnya eks anak buah
Soeharto; sebagian pasukan yang terlibat berasal dari Kodam Diponegoro yang pernah dikomandani
Soeharto; Batalyon 530/Brawijaya yang juga ikut dalam penculikan para Jenderal sebenarnya
didatangkan ke Jakarta atas perintah langsung Soeharto (selaku Panglima Kostrad) dengan pesan
untuk mengikuti peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1965.
Sebelum RRI mengudarakan pengumuman I Dewan Revolusi pimpinan Letnan Kolonel Untung pada
1 Oktober pukul 07:00, Soeharto tampaknya sudah berada di kantornya, markas Kostrad; Syam,
anggota Biro Khusus PKI yang disebut-sebut pemain kunci kudeta dikatakan berperan sebagai
double agent, yaitu bekerja untuk PKI dan Angkatan Darat; Latief pun mengaku memberitahukan
Soeharto pada malam sebelum
pemberontakan, tapi Soeharto diam saja.
Presiden Soekarno dan para pendukungnya menaruh "curiga berat" bahwa G30S adalah buatan CIA
dengan mengeksploitir "perwira-perwira kanan" Angkatan Darat didikan Amerika.
Sejak tahun 50-an dan memuncak hingga Konperensi Beograd pada 1963 (Soekarno mencaci-maki
Amerika ketika itu), Soekarno menjadi The most wanted Washington; beberapa kali ia lolos dari
upaya pembunuhan.
Orang ini dianggap berbahaya sekali sebab berhasil menggerakkan The New Emerging Forces
seluruh dunia untuk melawan imperialis Amerika. Soekarno juga dinilai bakal menggiring Indonesia
ke negara komunis. Simak, misalnya, telegram Dubes AS di Jakarta untuk Kementerian Luar Negeri
Amerika yang dikirim 8 Agustus 1965: "Soekarno is not a communist in a formal sense, but he is
certainly attracted to communism as a means of organizing society and advancing his own
Marxist-nationalistic ideology".
Hanya dalam tempo 5 hari setelah G30S pecah, pihak kedutaan Amerika di Jakarta sudah bisa
memberikan estimasi bahwa kekuasaan Soekarno mulai beralih kepada sejumlah perwira militer.
Indikasi keterlibatan AS yang lain adalah ucapan
Marshall Green-Duta Besar AS untuk Indonesia ketika itu: "We did what we had to do and you'd
better be glad we did because if we hadn't Asia would be a different place today." Jadi, seluruh Asia
akan menjadi komunis jika Soekarno berkuasa lebih lama lagi?
Lalu, siapa yang menuding Soekarno terlibat, bahkan menjadi dalang G30S?
Sebagian orang-orang dekat Soeharto, sebagian lagi Amerika juga. Paling tidak, BK tahu ada
gerakan perwira muda Angkatan Darat untuk mengadili para perwira tinggi "antek Amerika", tapi ia
http://www.progind.net Thursday, 22/May/2008 6:34 / Page 2
tidak bertindak. Kenapa pula BK pilih Halim sebagai tempat persembunyiannya pada 1 Oktober?
Namun, jika kita baca biografi Mangil (eks ajudan), pemilihan Halim bukanlah kehendak Soekarno.
Pagi itu, Soekarno dibawa putar-putar dulu di Jakarta oleh para ajudan dan pengawal, sebab mereka
pun panik dan tidak tahu bagaimana mengamankan BK.
Jika Soekarno terlibat kenapa pada 30 September malam ia membiarkan anak-anaknya tetap di
Istana Merdeka? Kenapa ia masih bisa berpidato berapi-api pada acara di Hotel Indonesia tanggal
30 September malam? Dan kemudian indehooy dengan istri mudanya, Dewi, di kediaman Dewi?
Multikompleks Gerakan 30 September/PKI memang kejadian yang multikompleks, hasil konspirasi
jahat banyak kekuatan politik, termasuk kekuatan asing-AS, RRC, Uni Soviet,
Malaysia, Inggris dan sejumlah negara komunis Eropa Timur.
Semua mempunyai kepentingan masing-masing. Secara kebetulan,
kepentingan-kepentingan itu bertemu di "meeting point" yang sinergis. Secara singkat, mungkin bisa
disimpulkan bahwa G 30 S sesungguhnya ulah keblinger segelintir pimpinan PKI yang sangat
was-was militer-dengan Dewan Jenderalnyaakan
menggulingkan kekuasaan Soekarno. Langkah PKI itu didukung penuh oleh RRC.
Di sisi lain, Angkatan Darat juga amat khawatir PKI akan ambil-alih kekuasaan.
Soeharto tahu dan sengaja mematangkan situasi dalam upaya menggiring PKI masuk ke "kubangan
maut". Ia membiarkan Jenderal Yani cs menjadi korban, sebab Soeharto dikatakan sakit hati
terhadap Yani (karena BK lebih mempercayainya sebagai Menteri/Pangad) maupun Jenderal
Nasution (karena mempermalukan dirinya di depan sang Pemimpin Besar ketika ia menyelundup).
Karena cerita G30S/PKI belum tuntas, dan baik Soekarno maupun Soeharto tidak lagi bisa kita
mintakan kesaksiannya, kini hanya PKI yang seolah mendominasi "kebenaran". Tidak heran jika
sisa-sisa komunis belakangan aktif sekali menuntut "kebenaran".
Fenomena ini harus diwaspadai. Siapa pun tidak boleh memutarbalikkan sejarah. Hendaknya kita
bisa memisahkan secara tegas antara peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM pasca-G30S dan
kebenaran seputar G30S. Pembantaian terhadap
orang-orang tidak berdosa memang kita kutuk. Tapi, kalau ada pihak yang mengatakan PKI hanya
dijebak dan menjadi korban dalam G30S, itu suatu kebohongan besar yang wajib kita tolak!
Penulis adalah Pengajar Universitas Pelia Harapan
Last modified: 2/10/06
Sumber: Suara Pembaruan
www.suarapembaruan.com/
http://www.progind.net Thursday, 22/May/2008 6:34 / Page 3

Tidak ada komentar: